dhiebzone

berani hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup mati saja!!!

DHIEBZONE

Komisi Penyiaran   Indonesia (KPI)  melayangkan surat teguran kepada stasiun televisi yang menayangkan berita tentang video mesum  'Ariel', 'Luna Maya', dan 'Cut Tari'. Teguran itu dilakukan karena setasiun televisi itu telah menampilkan cuplikan video mesum yang saat ini tengah menjadi bahan berbincangan masyarakat.
Stasiun televisi yang mendapat teguran itu adalah  Trans 7 (I Gosip Pagi), Global TV (Obsesi), dan Indosiar (Kiss Plus). I Gosip Pagi dan Obsesi dinilai  melanggar ketentuan isi siaran karena menayangkan cuplikan video cabul. Sedangkan Kiss Plus ditegur karena menayangkan video cabul secara vulgar.
Setiap program tayangan televisi yang melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Sistem Program Siaran (P3 SPS), akan dikenai sanksi administratif berupa teguran pertama, teguran kedua, penghentian program sementara, hingga penghentian program tetap.
Video porno mirip selebriti Ariel-Luna ataupun Ariel-CutTari beredar di dunia maya tanpa batas sosial, budaya bahkan usia. Inikah globalisasi media internet yang kebablasan?
Sepekan ini, pemberitaan di tanah air diramaikan oleh beredarnya video porno mirip selebriti Ariel Peterpan, Luna Maya dan Cut Tari. Hanya dalam hitungan hari, video yang menghebohkan ini telah beredar luas ke seluruh pelosok negeri bahkan ke mancanegara. Jaringan internet yang membaik dan terus berkembang, menjadi katalisnya.
Don Tapscott dalam bukunya yang berjudul 'Growing Up Digital: The Rise of The Net Generation' (1998), menganggap kemunculan internet sebagai ruang publik yang menawarkan berkah bagi perwujudan partisipasi semua orang. Internet telah menjadi ruang maya untuk membangun masyarakat yang dianggap demokratis atau sebuah cyberdemocracy.
Ia pun menyoroti kebangkitan sebuah generasi baru yang dikenal sebagai 'the net generation' dengan kebiasaan dan karakter tersendiri. Dijelaskan juga mengenai pengaruh revolusi jaringan internet dengan budaya digital terhadap kehidupan.
Orang-orang yang berkomunikasi lewat jaringan elektronik tidak terlalu mementingkan perbedaan posisi mereka dan cenderung lebih terbuka dalam mengeluarkan pemikirannya, bahkan seringkali tanpa ada sekat. Demikian ujar Thomas A Stewart, kepala Pemasaran dan Pengetahuan Officer Booz & Company, sebuah perusahaan konsultan manajemen global.
Sebagian organisasi merespons perkembangan ini, dimana e-mail, facebook, twitter, dan jejaring sosial lainnya, dipandang sebagai peristiwa perubahan kebudayaan yang besar yang berpengaruh bagi cara kerja dan sistem pengambilan keputusan organisasi mereka.
Sedangkan Dicky Andika, S. Sos, M.Si, seorang pengajar mata kuliah Komunikasi Antar Budaya sempat mengatakan, wacana-wacana kebudayaan kini tengah tumbuh ke arah titik ekstrem, ke jurusan yang melampaui kondisi yang normal, yang bisa diterima akal sehat. Berbagai wacana kebudayaan pun mengalami pergeseran yang mendasar.
Wacana seksualitas telah berkembang jauh melampaui sifat alamiah seksual itu sendiri. Fenomena video porno baik yang mirip selebritis, atau kalangan pemuda-pemudi biasa, yang terumbar bebas di dunia maya umpamanya.
Dimensi-dimensi seksualitas dan tubuh pun perlahan (tapi pasti) bergeser dan mulai kehilangan kesakralannya. Pada titik ini, eksploitasi tubuh menjadi sebatas instrumen display dan benda komoditi di pentas kebudayaan pop.
Globalisasi budaya lewat internet telah menyebabkan lenyapnya batas-batas sosial, kategori sosial, dan identitas sosial. Cyberspace atau ruang maya yang tercipta dalam jaringan internet menjadi sebuah ruang yang tanpa identitas, tanpa tuan, atau bahkan tanpa nilai.
Dalam ruang maya internet, batas sosial antara dunia anak-anak dan dunia orang dewasa lenyap di tangan situs-situs porno, video biru, blue film, atau cyberporn. Ini terjadi karena perkembangan media informasi (televisi, video, komputer, dan internet itu sendiri) telah bersifat sangat transparan.
Artinya, setiap informasi yang sebelumnya secara sosial, moral, dan religi dianggap terlarang, tabu, dan haram, kini semuanya dapat diperoleh begitu gampang. Pada akhirnya, internet berubah menjadi 'warung libido elektronik' di dunia maya yang memicu hasrat dan fantasi seksual dengan karut-marut informasi seks yang kacau nilai. Meski ada pula yang pro pornomedia. Keakraban dengan sesuatu yang alami dan nyata (real) kini telah berganti dengan keeratan sesuatu yang tak nyata, virtual, dan semu.
Kapan terakhir kita melihat pemandangan anak-anak bermain gatrik, galah atau permainan tradisional lain yang akrab dengan alam? Anak-anak lebih akrab dengan game tentang sepakbola, daripada bermain sepakbola langsung di lapangan terbuka. Kawula muda lebih mahir mengunduh video porno idolanya, ketimbang menciptakan simfoni musik gamelan.
Kekosongan pedoman pendidikan etika dalam isu seks dan kian longgarnya batas-batas nilai tabu dalam masyarakat, telah diisi oleh media-media yang menjadi saluran katarsis dan eskapisme, ketika masalah tanggung jawab nilai dan moral dianggap urusan pribadi.
Bukankah pihak yang pro pornomedia biasanya selalu mengatasnamakan kebebasan ekspresi dan pihak yang kontra selalu mengatasnamakan tanggung jawab publik.
Perkembangan internet memang layak disambut gembira. Hanya saja kita layak bersikap kritis sejauh mana internet telah dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan yang produktif dan memberikan nilai tambah bagi peningkatan kualitas kebudayaan kita. Antisipasi perkembangan the net generation ini seperti yang disampaikan oleh John Naisbitt dalam buku 'High Tech High Touch' (2000), jangan sampai kebudayaan terdistorsi ke dalam zona 'mabuk teknologi'.

Sumber:
Saefullah , Ujang. 2007. Kaita Selekta Komunikasi. Bandung: Simbiosa
http://inilah.com/news/read/politik/2010/06/13/595801/budaya-seks-dan-zona-mabuk-internet/
http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2010/06/12/brk,20100612-254722,id.html
http://www.beritanet.com/Technology/anak-pertumbuhan-era-digital.html

Tantangan Global Village

Kemajuan teknologi elektronik dan system media komunikasi telah membawa kita kepada sebuah tatanan peradaban baru dengan nama Global Village (desa sejagat). Batas jarak, ruang dan waktu tidak lagi menjadi kendala. Dunia seakan menjadi bola golf yang bisa digenggam dengan mudah oleh tangan kita. Hanya dengan memencet sebuah tombol dan memelototi layer televisi, misalnya, kita bisa mengetahui apa yang sedang terjadi di belahan dunia lain, bahkan hal-hal yang sudah terjadi ratusan tahun silam pun bisa dengan mudah kita ketahui.Hal ini tentunya mempunyai pengaruh yang tidak kecil dalam kehidupan kita; baik itu pengaruh yang positif maupun negatif. Di satu sisi kita bisa semakin dimudahkan dalam menjalankan ragam aktifias kehidupan, mulai dari hal-hal sepele sampai hal-hal yang besar sekalipun, namun di sisi lain dampak negatifnya pun tak kalah besar, manusia juga semakin dimudahkan dalam menjalankan kejahatan dan hal-hal yang bertendensi maksiat.
            Kita ambil satu contoh yang paling mudah mungkin teknologi internet. Barang satu ini sudah bukan menjadi barang aneh lagi bagi kita. Di mana-mana kita bisa dengan mudah menemukannya. Tentu seperti kemunculan media teknologi lainnya, internet juga mempunyai dua dampak sekaligus seperti dua sisi mata uang logam. Dengan kehadiran internet kita semakin mudah mengerjakan tugas-tugas harian kita dengan mencari bahan-bahan di sana, kita juga bisa tetap berhubungan dengan temen-temen kita yang terpisah jarak ribuan kilometer dengan menggunakan media chating room misalnya, dan tentunya masih banyak lagi manfaat positif lainnya. Tapi di samping itu bahayanya pun tak kalah gencar mengintai kita, dengan mudah sesorang bisa menemukan gambar-gambar tanpa busana bertebaran di sana, belum lagi aktifitas perjudian yang juga semakin mudah dengan menggunakan jasa internet, atau ragam kemaksiatan lain yang semakin mudah dengan kehadiran barang ini.
            Namun yang lebih jauh dari itu, ada juga bahaya lain yang berdampak fatal dengan kemajuan teknologi informatika ini, khususnya terhadap nilai-nilai keislaman kita. Kemajuan teknologi dan informasi yang dikendalikan oleh Barat semakin memperbesar hegemoni mereka dalam segala aspek kehidupan negara-negara lain, khususnya ‘negara Islam’. Mulai dari hegemoni poltik, militer, kebudayaan, sampai pemikiran.
            Akibat (Impact) sistem peradaban global begitu kuat melilit lapisan negara manapun di dunia tak terkecuali negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia, dari konteks ini dinamika agama, ideologi, budaya, ekonomi, dan politik terakumulasi dalam sebuah kondisi yang “blur” tanpa sekat kemudian lambat-laun mengikis secara tidak langsung relevansi bingkai batas–batas nasionalisme geografis berbagai negara.
            Kenyataan ini melahirkan perspektif pro maupun kontra sehingga tidak jarang menimbulkan respon untuk melawan arus dalam berbagai polanya. Akhirnya muncullah berbagai teori analisis untuk membedah apa yang menjadi persoalan mendasar dari fenomena globalisasi, inilah titik fokus kajian dan semestinya harus terus menerus digali dalam perspektif Islam.
            Berangkat dari hal itu, ada pokok acuan analisa yang bisa kita petakan berdasarkan tesis, antitesis, dan sintesis. Pertama, paradigma global yang berkarakter pada hegemoni ekonomi kapitalisme. Kedua, reaksi perlawanan dengan legitimasi simbol ideologi atau agama, akibat ketimpangan kapitalisme global yang berlaku tidak adil dan kemudian efeknya memicu akar kekerasan. Ketiga, teori alternatif ketika persoalannya tidak hanya berhenti pada sekadar acuan pro atau kontra terhadap sistem globalisasi yang telah membudaya. Sebelum menguraikan satu per satu dari pemetaan tersebut paling tidak bagaimana arti pengertian secara umum tentang globalisasi itu sendiri. Simpul utamanya bahwa, telah menjadi ciri khas babak baru peradaban ini ditandai dengan kemajuan signifikan dari teknologi informasi “cyberspace” sehingga terlipatnya jarak bentangan belahan bumi dalam kotak-kotak pengendali elektronik yang cukup mungil. Untuk memperjelas arti globalisasi mengutip definisi sebagai berikut:
            “Fakta seperti ini menciptakan kondisi yang tanpa batas menembus ke segala sudut, kadang menggerogoti identitas sosio-kultur dari sebuah segmen komunal ketika terjadinya komunikasi interkoneksi antar penduduk dunia yang kian intens, menerobos dinding pembatas lama seperti negara, politik, ideologi, agama, dan nasionalisme geografis, maka tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa peradaban sekarang ini menjadi “kampung global” (global village) atau “Stadion global” (global stadium)”. (McLuhan)
            “Globalisasi merupakan konsekuensi alamiah akhir dari perkembangan sosial, yang walaupun dihubungkan dengan aspek-aspek ekonomi, politik, dan strategi, masih tetap merupakan suatu prosedur historis dan alamiah yang tak dapat dihindari. Globalisasi meliputi sebuah proses yang sangat panjang, membentang selama berabad-abad, meliputi dimensi-dimensi budaya, politik, sosial-komunikatif, dan ekonomi”.
(Ali. H. Al-Hakim)
            Problematika globalisasi tidak lepas dari kerangka stigma yang mengalami semacam krisis persepsi secara kolektif sehingga mengakibatkan ketimpangan pada
            orientasinya, dalam hal ini bisa dikatakan lingkaran globalisasi mengacu pada kapitalisme yang menitikberatkan pada kuantitas ekonomi. Eksploitasi kekuatan pemodal besar memandang negara-negara dunia ketiga khususnya negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam sebagai sapi perahan, di antaranya termasuk juga negeri kita.
            Contoh kasus yang bisa kita lihat yakni, pembangunan infrastruktur indusrti gas dan minyak bumi di negara-negara Timur Tengah dan kelompok dunia ketiga lainnya, faktanya didominasi oleh hegemoni kepentingan negara–negara pemodal besar (baca: Amerika dan Sekutunya), juga dengan sistematis dibarengi kekuatan intervensi sistem politik untuk mengendalikan. Tentunya arah globalisasi sekarang kenyataannya merupakan sebuah motif yang berkonotasi westernisasi dalam bentuknya yang makin canggih. Gerakan arus peradaban ini memang dibangun berdasarkan mindset sains modern, di mana filosofisnya menurut Husein Heriyanto dibingkai oleh skema paradigma Cartesian-Newtonian.
            Sifat dari kerangka filsafat ini ironisnya tidak mampu menjelaskan fenomena globalisasi karena proposisinya berupa analitis-reduksionis, mekanistik, atomistik, linier, dan cenderung memilah-milah secara parsial - sehingga menyebabkan ketimpangan pada cara memahami persoalan menyangkut makna kehidupan global itu sendiri secara komprehensif. Malah sebaliknya mengakibatkan kondisi krisis eksistensi berkepanjangan. Kenyataan ini kemudian terus-menerus bergulir dan dibarengi tercerabutnya akar kemanusiaan, di mana hegemoni dari himpitan globalisasi menjadi anti-Tuhan, anti-kemanusiaan secara otomatis melanggengkan antagonisme yang dipicu nuansa apatisme, fatalis, frustrasi dan anarkis sebagai bentuk-bentuk penyelesaian. Mungkin secara metafora bisa diasumsikan bahwa fenomena tersebut merupakan era “Jahiliah” baru di masa pasca modernis seperti sekarang, di mana masa Jahiliah dalam terminologi spiritualisme Islam secara luas diartikan ketika manusia menuhankan berhala ciptaannya sendiri dan terjerat dengannya secara totalitas.
            Paling tidak menurut sudut pandang Islam dalam permasalahan globalisasi tersebut tentunya bukan saja pada persoalan sekadar pro atau kontra, tetapi lebih menekankan pada sebuah sintesis dalam perombakan nilai–nilai yang terkandung pada globalisasi hegemonik. Walaupun memang kemungkinan ada hambatan terjadi seperti prediksi Samuel Huntington yang banyak diyakini berpendapat, Jika dikaitkan dengan sebuah politik identitas yang kemudian akan meledak pada titik simpul “benturan antar-peradaban”, analisis ini bisa dikatakan sebuah bentuk proposisi pesimistik. Sehubungan dengan teori ini berbeda dengan teori Muhammad Khatami mantan Presiden Republik Islam Iran, yang berpandangan lebih optimis dan mungkin lebih bisa dianggap sebagai solusi, beliau menyatakan bahwa perlunya membangun dialog antar–peradaban untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang melilit umat manusia dalam membingkai peradaban globalisasi yang lebih humanis.
            Berangkat dari gagasan cemerlang tersebut, paling tidak sebaiknya masyarakat muslim di belahan sudut dunia manapun untuk berperan proaktif ketika memetakan dan merespon berbagai masalah di era globalisasi seperti sekarang, dengan menggunakan pendekatan lebih humanis yang menekankan asas Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Dari uraian ini bisa disimpulkan bahwa Islam meyakini dua bentuk globalisasi, sebagaimana Nas berbicara bahwa globalisasi negatif yang berlangsung saat ini pada dasarnya adalah bagian dari prosesi perjalanan peradaban untuk sampai kepada bentuk-bentuk peradaban globalisasi Ilahiah yang akan diprakarsai oleh kehadiran kepemimpinan orang suci dan kemudian ‘Walayat’ ini diikuti kaum mukminin yang berpegang teguh pada nilai-nilai Tauhid Universal (baca: Tauhid Kemanusiaan). Akhirul kalam, inilah fenomena dan mungkin sekaligus merupakan pijakan awal untuk menuju tatanan Masyarakat Madani di Kampung Global.
           
Sumber:

Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia ‘televisi’ secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.
            Dalam penemuan televisi, terdapat banyak pihak, penemu maupun inovator yang terlibat, baik perorangan maupun badan usaha. Televisi adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun. Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, hukum gelombang elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik. Televisi sendiri menjadi bagian tak terpisahkan dalam revolusi budaya pop.
            DI abad informasi, tidak ada yang lebih berpengaruh daripada televisi. Pengaruh televisi yang makin hegemonik telah menjadi bagian dari dinamika kehidupan. Tak heran jika banyak pihak yang mengatakan bahwa hidup tanpa televisi ibarat hidup tanpa makan.
            Sehari saja kita tidak nonton televisi, rasanya ada yang kurang. Wajar jika televisi dianggap sebagai ‘Tuhan’ di zaman modern ini. Alih-alih kecanduan berita yang berkualitas, kalau kecanduan berita tentang selebritas.
            Akhir-akhir ini masyarakat pecinta infotainmen dihebohkan dengan persoalan dalam kasus Luna Maya versus wartawan infotainmen. Kasus terbaru Luna Maya yang mengungkapkan kekesalannya kepada infotaiment di akun twitter miliknya dengan pernyataan yang cukup kasar telah membuat geger dunia hiburan, khususnya pihak pengusaha dan pekerja infotainment.
            Selama ini media telah memberikan ruang yang amat besar untuk berbagai peristiwa selebritas kita. Baik peristiwa yang benar-benar bermutu maupun peristiwa yang remeh temeh, seperti perayaan ulang tahun, sakit sariawan selebritas, sampai dengan koleksi sepatu sang idola.
            Saat ini kita telah dikepung tayangan televisi yang miskin manfaat. Tiap hari tidak bisa lepas dari suguhan beragam tayangan murahan dari semua stasiun televisi. Selain infotainment, marak juga sinetron yang tidak mendidik, acara reality show membahas cinta-cintaan.
            Itulah pertarungan budaya yang memaksa kita jadi korbannya. Kita menerima dan menyukai karena banyak tersedia. Bukan karena kita butuh. Tayangan televisi banyak yang kental dengan budaya populer.
            Kritikus Lorraine Gamman dan Margaret Marshment, keduanya penyunting buku The Female Gaze: Women as Viewers of Popular Culture (1998), bersepakat bahwa budaya populer adalah sebuah medan pergulatan ketika mengemukakan bahwa tidaklah cukup bagi kita untuk semata-mata menilai budaya populer sebagai alat kapitalisme dan patriarki yang menciptakan kesadaran palsu di kalangan banyak orang.
            Bagi mereka, budaya populer juga tempat dipertarungkannya makna dan digugatnya ideologi dominan. Budaya populer yang pada akhirnya disebut sebagi budaya komoditas itu diproduksi secara besar-besaran hanya didasarkan pada keuntungan ekonomi semata, sehingga memberikan pengaruh buruk bagi masyarakat. Pasalnya penilaian baik atau buruk bukan lagi didasarkan pada ajaran moral tetapi lebih pada kemampuan ekonomi untuk mendapatkan prestise.
            Maraknya infotainment yang kurang berbobot, reality show dan sinetron remaja dengan kehidupannya yang glamour telah memupus budaya tinggi yang ada di sekitar kita.
            Budaya tinggi diartikan sebagai salah satu aspek kebudayaan sebuah masyarakat yang keberadaannya berasal dari nilai-nilai mendasar yang dimiliki kebudayaan tersebut. Budaya tinggi merupakan pengejawantahan dari aspirasi, moral dasar, penghayatan masyarakat akan kehidupan dan cenderung memerlukan kemampuan khusus untuk menerapkannya. Budaya tinggi salah satunya adalah jenis kesenian tradisional yang ada di masyarakat.
            Saat ini kesenian tradisional makin banyak ditinggal masyarakat, misalnya tari tradisional, wayang, dan seni musik seperti gamelan. Hal itu ditandai dengan stagnasi dan sepinya pengunjung pameran seni tradisional.
            Seperti yang dikemukakan oleh Dirjen Nilai Budaya, Seni dan Film Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Tjetjep Suparman saat membuka Festival Nasional Kesenian Musik Tradisi Anak-anak 2009 di Gedung Kesenian Jakarta, Kamis 2 Juli 2009 lalu.
            Hal senada juga berlaku bagi Mamanda, salah satu jenis seni tradisional etnis Banjar. Dulunya sangat dikenal dan digemari masyarakat Kalimantan Selatan. Seni panggung sejenis teater opera yang diiringi musik seperti biola dan gendang itu menampilkan kisah tentang raja-raja, biasanya dipentaskan pada acara hajatan atau pesta rakyat. Seni Mamanda mulai terpinggirkan oleh kesenian modern. Tak dapat dipungkiri hanya sedikit generasi muda yang tahu dan mengenal kesenian itu.
            Budaya tinggi yang tergeser oleh kemunculan teknologi yang berakibat pada instanisasi perilaku masyarakat, mendapatkan tandingannya berupa budaya populer.
            Mengapa budaya populer menjadi tandingan dari budaya tinggi? Bila budaya tinggi adalah sebuah bentuk dukungan terhadap kestabilan dan kemamapanan nilai-nilai dalam masyarakat, maka budaya populer pada awalnya bertindak sebagai counter culture yang melawan kemapanan, memberikan alternatif bagi masyarakat yang berubah, kemudian menjadi ‘pemersatu’ unsur-unsur masyarakat yang terpisahkan kelas dan status sosial ke dalam satu komunitas massa ‘maya’.
            Mereka dipertemukan ketika budaya populer tersebut berwujud. Masyarakat kita seakan telah terbius dengan tayangan yang lebih populer. Meniru apa pun yang dianggap modern dan peniruan tersebut diadopsi dari tayangan televisi yang sehari-hari mereka tonton.
            Fenomena tersebut secara jelas telah menggambarkan bagaimana budaya populer telah merasuk ke segala lini kehidupan. Penampilan dan gaya menjadi lebih penting dari pada moralitas, sehingga nilai-nilai tentang baik atau buruk telah lebur dan dijungkirbalikkan.    
            Budaya populer merupakan suatu pola tingkah laku yang disukai sebagian besar masyarakat. Tanda-tanda pesatnya pengaruh budaya populer itu dapat kita lihat pada masyarakat Indonesia yang sangat konsumtif. Membeli barang bukan didasarkan pada fungsi guna dan kebutuhan tetapi lebih didasarkan pada imaej atau prestise.
            Sebagian kalangan memang menilai bahwa budaya populer itu membawa dampak positif yaitu sebagai bentuk kemajuan dari peradaban dan menciptakan dinamisasi terhadap mobilitas budaya, baik secara vertikal maupun horisontal. Tetapi tetap saja dampak yang dibawa atas budaya populer yang bersumber dari proses globalisasi dan kapitalisme itu merugikan banyak pihak. Antara lain eksistensi budaya daerah yang makin hilang karena dianggap ketinggalan zaman dan identitas diri yang makin terkikis karena adanya penentuan identitas dan standarisasi dari industri budaya sebagai pihak yang menciptakan budaya.
            Meskipun tayangan media massa itu beragam, namun pada dasarnya mengarahkan kepada perspektif yang cenderung kepada standar yang dimiliki oleh status quo itu sendiri.
            Hasilnya, media massa bukannya merefleksikan apa yang ada di masyarakat, tapi berubah menjadi mampu menentukan apa yang seharusnya terjadi dalam masyarakat. Lahirlah apa yang disebut budaya populer. Semoga budaya populer tidak menggerus budaya sejati bangsa kita.      
Sumber:
http://barabbas.blog.friendster.com/2009/09/televisi-mengubah-dunia
http://www.banjarmasinpost.co.id/read/artikel/32885/budaya-populer-dalam-program-televisi

Senyum Itu Ibadah


Senyuman salah satu perbuatan sederhana yang bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw: “senyummu di wajah saudaramu adalah sedekah".

Senyum juga salah satu perbuatan dan akhlak yang terpuji. Karena dengan tersenyum, kita bisa membuat seluruh dunia menjadi indah. Tapi hati-hati, jangan sembarangan tersenyum, karena bisa disalah-artikan. Kadang-kadang senyum menjadi senjata untuk memikat hati lawan jenis. Tebar pesona di sembarangan tempat dengan senyuman, adalah perbutan yang sia-sia.

Senyuman yang wajar itu laksana “balsem” bagi kegalauan dan “salep” bagi kesedihan. Pengaruhnya sangat kuat sekali untuk membuat jiwa bergembira dan hati berbahagia..

            Tertawa merupakan puncak kebahagiaan, titik tertinggi keceriaan dan ujung dari rasa suka cita. Bahkan Rasululah Muhamad sendiri sesekali tertawa hingga tampak gerahamnya. Begitulah tertawanya orang-orang yang berakal dan mengerti tentang penyakit jiwa serta pengobatannya. Namun demikian itu adalah tertawa yang tidak berlebihan sebagaimana di katakan dalam pepatah “janganlah engkau banyak tertawa, sebab tertawa itu bias mematikan hati” jadi tertawalah tapi yang sewajarnya saja. Islam tidak mengenal kemuraman yang menakutkan, dan juga tertawa yang lepas dan tak beraturan. Akan tetapi islam senantiasa mengajarkan kesungguhan yang penuh wibawa dan langkah yang terarah.

Pada dasarnya, senyuman adalah salah satu tabiat manusia yang mempunyai maksud yang menyiratkan tujuan tertentu. Secara alamiah, jika seseorang tersenyum, dapat dipastikan bahwa dia sedang merasakan sesuatu yang menggembirakan. Jarang sekali seseorang dapat tersenyum, ketika dia sedang bersedih.

            Orang yang mudah tersenyum dalam menghadapi hidup ini bukan saja bisa membahagiakan diri sendiri tetapi juga bisa membahagiakan orang lain. Jadi jangan sampai kita selalu bermuram durja dan muka masam karena semua itu adalah cermin dari jiwa yang galau dan pikiran yang kacau. Andai saja kita di suruh untuk memilih antara harta yang banyak atau kedudukan yang tinggi dengan jiwa yang tenteram damai dan selalu tersenyum, maka pastilah kita memilih pilihan yang kedua yaitu jiwa yang tenteram dan selalu tersenyum. Sebab apa artinya harta yang banyak bila wajah selalu cemberut? Apa artinya kedudukan yang tinggi bila jiwa selalu merasa cemas? Inggatlah bahwa harta yang banyak serta kedudukan yang tinggi belum tentu bisa membuat hidup menjadi tenteram dan damai.

            Menurut sebuah penelitian medis, senyum dapat menggerakan 17 otot wajah. Ini berarti, wajah kita berolahraga hanya dengan menggerakan bibir ke arah berlawanan. Kita bisa tetap sehat dan awet muda tanpa perlu mengeluarkan banyak biaya dan keringat. Cukup dengan menggerakkan sudut-sudut bibir ke kiri dan kekanan, maka dunia terasa begitu indah.

            Dengan tersenyum, keadaan akan lebih baik dari sebelumnya. Coba saja bayangkan, saat kita sedang marah, kemudian melihat orang tersenyum pada kita, yang awalnya kita cemberut 5 cm, insya Allah amarah kita akan berkurang.

            Tentu kita semua ingin selalu membantu sahabat-sahabat kita yang sedang bersedih. Jika ada salah seorang sahabat kita yang sedang dirundung duka, cobalah hibur mereka dengan tetap menambahkan senyuman. Dengan begitu, sama artinya kita memberikan tenaga untuk melawan kesedihan itu. Waktu kita stress, senyum orang lain pada kita adalah sebuah pencerahan kecil bagi kita.

            Senyuman tidak akan ada artinya bila tidak berasal dari hati yang tulus dan ikhlas, jadi selalu berusahalah untuk tersenyum dengan tulus jika bertemu seseorang bahkan jika anda bertemu dengan orang yang paling anda benci sekalipun anda mesti tersenyum dengan begitu kebencian di antara kalian akan segera sirna dengan sendirinya. Banyak orang yang tidak mampu melihat indahnya kehidupan ini, meraka hanya membuka matanya untuk mencari uang serta kedudukan belaka.

            Tidak ada yang membuat jiwa dan wajah menjadi demikian murah selain rasa keputusasaan. Maka jika anda menginginkan senyuman , tersenyumlah terlebih dahulu dan perangilah rasa keputusasaan. Percayalah kesempatan itu selalu terbuka, kesuksesan bisa didapatkan oleh siapapun, asal kita mau berusaha dan berdo’a dengan semaksimal mungkin. Karena itu biasakan pikiran anda agar selalu menatap masa depan dengan tenang karena akan ada kebaikan dan harapan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Bersedih hanya akan memadamkan kobaran api semangat , meredakan tekad, dan membekukan jiwa. Dan kesedihan itu ibarat penyakit demam yang membuat tubuh menjadi lemas dan tak berdaya. Karena kesedihan hanya  menghentikan bukan mengerakkan. Dan kesedihan itu sangat amat tidak bermanfaat untuk hati kita. Bahkan kesedihan itu merupakan satu hal yang paling di sukai oleh setan. Oleh karena itu setan selalu berusaha agar kita sebagai hamba Allah bisa merasa sedih sehingga kita akan menghentikan setiap langkah dan niat baik yang akan kita lakukan.

Kesedihan merupakan penyakit yang berbahaya bagi jiwa. Karena itu setiap muslim selalu diperintahkan untuk mengusir jauh-jauh rasa kesedihan yang bisa melemahkan jiwa kita. Kesedihan ibarat racun berbisa bagi jiwa yang dapat menyebabkan lemahnya semangat, kurang  gairah, dan galau dalam menghadapi hidup. Meski demikian, pada tahap tertentu kesedihan memang tidak dapat dihindari dan seseorang terpaksa harus bersedih karena suatu kenyataan.

Ini menandakan bahwa ketika di dunia mereka selalu bersedih, sebagaimana mereka tentu saja pernah ditimpa musibah yang terjadi di luar ikhtiar kita. Karena tidak satu orang pun yang hidup di dunia ini tanpa pernah terkena musibah. Kesedihan itu terjadi karena merupakan bagian dari musibah atau cobaan dari Allah. Oleh karena itu sebaiknya kita harus selalu berusaha untuk senantiasa gembira dan berlapang dada. Jangan lupa memohon kepada Allah agar selalu diberi kehidupan yang baik dan di ridhai, kejernihan hati, dan kelapangan pikiran. Karena itu semua merupakan kenikmatan-kenikmatan yang ada di dunia. Allah S.W.T adalah satu-satunya Dzat yang pantas kita mohon agar selalu melapangkan hati kita dengan cahaya iman, menunjukan hati kepada jalan-Nya yang lurus, serta menyelamatkan kita dari kehidupan yang susah dan menyesakkan.

            Jika kita merasa bahwa kita diciptakan hanya untuk meraih hal-hal yang kecil, maka kita pun hanya akan medapatkan yang kecil-kecil saja. Tapi sebaliknya bila kita yakin dan percaya bahwa diri kita diciptakan untuk mengapai hal-hal yang besar, maka niscaya kita akan memiliki semangat dan tekad yang besar pula dan dengan semangat dan keyakinan tersebut kita akan bisa mendapatkah hal-hal yang besar. Setiap kali melihat kesulitan, jiwa seseorang yang tenang dan murah senyum justru akan menikmati kesulitan itu dengan memacu diri untuk mencari ide yang bisa digunakan untuk menyelesaikan kesulitannya. Berbeda dengan jiwa yang tidak tenang dan selalu risau, setiap kali di hapadkan dengan kesulitan maka dia akan segera meningalkannya dan melihat kesulitan tersebut sebagai masalah yang sangat besar dan sangat susah untuk di cari jalan penyelesaiannya.

Ingat senyum itu adalah sedekah, dengan mengingat ini kita pasti akan berusaha tuk bisa bersedekah setiap hari, yaitu melalui senyum, tidak  ada yang rugi dengan kita bila kita tersenyum. Coba bayangkan kalau kita bertemu dengan orang yang selalu cemberut? bagaimana perasaan kita? Maka agar orang lain merasa enak, tersenyumlah.kadang dengan senyum bisa menyejukkan hati Bila ingin orang tersenyum dengan kita maka tersenyumlah pada orang lain, istilah pepatah, kalo ingin di beri maka memberilah terlebih dulu.

            Sungguh kita sangat butuh dengan senyuman, wajah yang selalu berseri, hati yang lapang, akhlak yang menawan, jiwa yang lembut serta dan tidak kasar . Jika kita bisa memiliki sikap dan sifat di atas maka siapapun yang kita kenal akan suka dengan kehadiran kita. Dan mereka yang kita jumpai bisa membuat diri dan jiwa kita menjadi tenang .

Ternyata, dengan senyuman kita bisa terlihat lebih menarik.. Senyum bisa membuat penampilan fisik tampil lebih manis, lebih menawan dan lebih menyejukkan. Rajin tersenyum, bisa membuat kita awet muda. Tidak ada alasan untuk tidak tersenyum. Apapun kondisinya, usahakan untuk tetap pasang senyum. Ikhlas dari kita, halal bagi semua orang. Wallahu’alam bisshowabi

Malas Adalah Musuh


Rasa malas diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dia lakukan. Masuk dalam keluarga besar rasa malas adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, sungkan, suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari kewajiban, dll. Jika keluarga besar dari rasa malas ini mudah sekali muncul dalam aktivitas sehari-hari kita, maka dijamin kinerja kita akan jauh menurun. Bahkan bisa jadi kita tidak pernah bisa mencapai sesuatu yang lebih baik sebagaimana yang kita inginkan

Rasa malas bukan menjadi penghalang untuk kita tidak melakukan aktivitas. Kebanyakan orang dengan malas-malasan akan menambah stamina tubuh. Namun sebenarnya malas hanya suatu hal yang dapat membuat kita kekurangan kedisiplinan.

            Rasa malas sejatinya merupakan sejenis penyakit mental. Mengapa disebut penyakit mental? Disebut demikian karena akibat buruk dari rasa malas memang sangat merugikan. Siapa pun yang dihinggapi rasa malas akan kacau kinerjanya dan ini jelas-jelas sangat merugikan. Sukses dalam karir, bisnis, dan kehidupan umumnya tidak pernah datang pada orang yang malas. Masyarakat yang dipenuhi oleh individu-individu yang malas, jelas tidak akan pernah maju.

            Orang yang malas biasanya tidak memiliki motivasi untuk berkembang ke arah kehidupan yang lebih baik. Sementara orang yang tidak memiliki motivasi biasanya tidak memiliki tujuan-tujuan hidup yang pantas dan layak untuk diraih.

            Jika rasa malas mulai menyerbu kita, jangan berlama-lama duduk berdiam diri. Cara paling ampuh menghilangkan kemalasan adalah bangkit berdiri dan menghampiri orang-orang yang sedang tekun dan bersemangat melakukan sesuatu. Dekati mereka yang sedang bekerja keras untuk meraih impian-impiannya.        Rasa malas jelas merugikan. Obat mujarabnya adalah menumbuhkan kebiasaan mendisiplinkan diri dan menjaga kebiasaan positif tersebut. Sekalipun seseorang memiliki cita-cita atau impian yang besar, jika kemalasannya mudah muncul, maka cita-cita atau impian besar itu akan tetap tinggal di alam impian. Jadi, kalau kita ingin sukses, jangan mempermudah munculnya rasa malas.      

 

Kejujuran itu kekasih Allah, keterusterangan merupakan sabun pencuci hati. Pengalaman itu adalah bukti. Tidak ada satu pekerjaan yang lebih melegakan hati dan lebih agung pahalanya , selain berdzikir kepada Allah.

 

“ Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat pula padamu “

 ( Q.S. Al – Baqarah : 152 )

 

Berdzikir kepada Allah adalah surga Allah di buminya. Maka siapa yang tak pernah memasukinya , maka ia tidak akan dapat memasuki surga-Nya di akhirak kelak. Berdzikir kepada Allah merupakan penyelamat jiwa dari berbagai kerisauan, kegundahan, kekesalan dan gonjangan . Dzikir merupakan jalan pintas yang paling mudah untuk meraih kemenangan dan kebahagiaan yang hakiki. Untuk melihat faaedah dan manfaat dzikir coba perhatikan kembali beberapa pesan wahyu ilahi. Dan cobalah untuk mengamalkannya pada hari-hari kita. Niscaya kita akan mendapatkan kesembuhan. Dengan berdzikir kepada Allah, maka ketakutan, kegalauan, kecemasan dan kesedihan akan sirna. Bahkan dengan berdzikir kepada Allah semua beban kehidupan akan segera dapat terselesaikan. Tidak mengherankan bila orang-orang yang selalu mengingat Allah senantiasa bahagia dan tentram hidupnya. Memang itulah yang seharusnya terjadi pada mereka yang taat dan selalu berdzikir kepada Allah. Semakin banyak kita mengingat Allah maka pikiran kita akan semakin terbuka dan hati selalu tentram. Jiwa kita akan merasa bahagia dan merasa sangat damai.

Rendahkan dan tundukan diri kita ke hadapan Allah , lalu berdzikirlah secara berulang-ulang dengan ikhlas dan sepenuh hati. Maka kita akan mendapat kebahagiaan, ketentraman jiwa, sehingga kitaa bisa menjalani hari-hari kita dengan tersenyum dan bahagia.